Saturday 15 November 2014

Askep Decompensasi Cordis

A. PENGERTIAN

http://jayao77.blogspot.com/2014/11/askep-decompensasi-cordis_15.html Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
( Dr. Ahmadromali.2005 )
Gagal jantung kongestif (decompensasi cyordis) adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien.(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Decompensasi cordis adalah suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri.
(Braundwald, 2003 )
Berdasarkan definisi patofisiologik gagal jantung (decompensatio cordis) atau dalam bahasa inggris Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan. Hal tersebut akan menyebabkan respon sistemik khusus yang bersifat patologik (sistem saraf, hormonal, ginjal, dan lainnya) serta adanya tanda dan gejala yang khas.

B. ETIOLOGI
Penyebab kegagalan jantung (decompensasi cordis) :
-        distritmia (bradikardi,takikardi)
-        malfungsi katub( stenosis katub pulmonal)
-        abnormalitas otot jantung
-        angina pektoris berlanjut IMA

C. MANIFESTASI KLINIS
1.    Dekompensasi cordis kiri :
-        dispnea
-        batuk
-        mudah lelah
-        takikardia
-        cemas gelisah
2.    Decompendasi cordis kanan
-        edema ekstremitas atas
-        penambahan BB
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme fisiologi yang menyebabkan timbulnya decompensasi cordis adalah keadaaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aortadan cacat septum ventrikel.beban akhir meningkatkan pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik.kontraktilitas miokardium dapat menurunkan pada infark miokard. Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisian ventrikel. Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sintesis atau tunasi protein kontraktil.
( Price, Sylvia.2004 )

1.    Decompensasi cordis kiri
Dengan berkurangnya curah jantung pada gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari keadaan normal sehingga pada masa diastol berikutnya akan bertambah lagi mengakibatkan tekanan diastol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan di daerah natrium kiri berakibat terjadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri ( normal 10-12 mmhg ) dan diikuti dengan peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan perubahan darah dalam atrium jumlah pembuluh pulmonalis dan perubahan darah dalam atrium dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru akan menjadi tinggi sehingga melampaui 12 mmhg.

2.    Dekompensasi cordis kanan
Kegagalan ventrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu memompakan melawan tekanan yang naik pada sirkulasi paru-paru, berakibat membaliknya kembali kedudukan sirkulasi sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan mendorong cairan ke intertisial masuk ke dalam edema perifer.
( Long. 2006)

 E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.    Foto polos dada
• Proyeksi A-P: konus pulmunalis menonjol pinggang jantung hilang, cevalisasi arteria pulmunalis
• Proyeksi RAO: tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium kiri dan pembesaran ventrikrl kanan.
b.    EKG
Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. Mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua, serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi
c.     Kateterisasi jantung dan sine angiografi
Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral

F. PENATALAKSANAAN
a.       Tirah baring
b.      Pembenah diuretik untuk menurunkan preload dan kerja jantung
c.       Pemberian morphin untuk mengatasi edema pulmonal akut’
d.      Reduksi volume darah sirkulasi
Dengan metode plebotomi yaitu prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan ini dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi  sentral, menurunkan aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah hemodinamik segera.



G. PENGKAJIAN PRIMER & SEKUNDER
     Pengkajian yang dilakukan pada pasien decompensasi cordis antara lain :
  • Aktivitas/istirahat
1.      Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari,    insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
2.      Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi,  tanda vital berubah pad aktivitas.
  • Sirkulasi
1.      Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
2.      Tanda :
a. TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
b. Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
c. Irama Jantung ; Disritmia
d.Frekuensi jantung ; Takikardia.
e. Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri.
f. Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
g. terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
h. Murmur sistolik dan diastolic.
i. Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
j. Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
k. kapiler lambat.
l. Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
m. Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
n. Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
o. khususnya pada ekstremitas.
  • Integritas ego
1.      Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
2.      Tanda      : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
  • Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
  • Makanan/cairan
1.      Gejala      : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
2.      Tanda      : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
  • Higiene
1.      Gejala      : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
2.      Tanda      : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
  • Neurosensori
1.      Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
2.      Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
  • Nyeri/Kenyamanan
1.      Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
2.      Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
  • Pernapasan
Gejala      : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.


Tanda      :
1)     Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2)     Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3)     Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4)     Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5)     Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6)     Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
  • Keamanan
Gejala  : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
  • Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
  • Pembelajaran/pengajaran
Gejala      : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
Tanda      : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.

H. DIAGNOSA
     Diagnosa yang muncul pada decompensasi cordis :
1.   Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil
2.    Resiko gangguan pemenuhan nutrisi b.d nafsu makan menurun dan intake kurang.
3.    Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.

I. INTERVENSI
1.      Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keerawatan selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas kembali efektif
Kriteria hasil : Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi secara adekuat, PH darah normal, PO2 80- 100 mmHg, PCO2 35-45 mm Hg, HCO3 –3 – 1,2
Intervensi :
a.       Kaji kerja pernafasan
Rasional : Untuk mengetahui tingkat irama , bunyi dan dalamnya ) efektivitas fungsi pertukaran gas
b.      Berikan tambahan O2 6 lt/mnt
Rasional : Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.
c.       Pantau saturasi (oksimetri) PH, oksigenasi pada jaringan sebagai BE, HCO3 (dengan BGA) dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas.
Rasional : Mencegah asidosis
d.      Beri posisi semi fowler
Rasional : Meningkatkan ekpansi paru klien meningkatkan ekpansi paru

2.      Resiko gangguan pemenuhan nutrisi b.d nafsu makan menurun dan intake kurang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien mau makan,
Kriteria hasil :porsi makanan yang disediakan habis.

Intervensi :
a.    Jelaskan tentang manfaat makan bila dikaitkan dengan  kondisi klien saat ini.
Rasional : Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan.
b.    Anjurkan agar klien makan –makanan yang disediakan di RS.
Rasional: Untuk menghindari makanan yang justeru dapat menggaggu proses penyembuhan klien.
c.    Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diit TKTPRG
Rasional : Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat perbaikan kondisi serta mengurangi beban kerja  jantung

3.      Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Tujuan : setelah dilakukan ytindakan selama 3x24 jam diharapkan resiko nutisi terpenuhi
Kriteria hasil: Meningkatkan masukan oral, enunjukkan tidak adanya tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a.       Identifikasi faktor-faktor yang mendukung, mual-muntah, nyeri, dispnea yang berat.
Rasional : mengetahui status nutrisi pasien
b.      Auskultasi bunyi abdomen, observasi distensi abdomen.
Rasional : memeriksa adanya konstipasi
c.       Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : member nutrisi klien
d.      Evaluasi status nutrisi.
Rasional : mengkaji kebutuhan nutrisi pasien


DAFTAR PUSTAKA 

Baradero, Many. 2008. Sei Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kardivaskuler. Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatn. Jakarta: EGC
Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A.  Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001
Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius ; 2000
Sandra M. Nettina , Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta, EGC, 2002
Kasuari, Asuhan Keperawatan Sistem Pencernaan dan Kardiovaskuler Dengan Pendekatan Patofisiology, Magelang, Poltekes Semarang PSIK Magelang, 2002
Heni Rokhaeni, Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Edisi Pertama  Jakarta, Bidang Diklat Pusat Kesehatan Jantung Dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita; 2002

Askep Decompensasi Cordis Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Post a Comment