Tuesday 22 April 2014

ASKEP DHF (Dengue Haemorraghic Fever)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
http://jayao77.blogspot.com/2014/04/askep-dhf.html

     DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkanbpada keadaan yang parahdisertai muntah atau BAB berdarah.
Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau yang biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Kristina, Isminah, W Leny, 2005).
      Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue FamiliFlaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara- negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.
      Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara straindan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
     Cara menanggulangi demam berdarah adalah dengan memberantas sarang nyamuk (PSN) dan program menguras, menutup dan mengubur atau sering di sebut dengan 3 M. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah pengasapan (fogging), di beberapa daerah dikategorikan rawan demam berdarah. Dapat pula dilakukan pengendalian secara kimiawi seperti memberikan bubuk abate, serta pengendalian secara biologis seperti menggunakan ikan untuk memakan jentik nyamuk. Untuk lebih efektif dapat dilakukan dengan 3 M Plus yaitu menutup, menguras dan mengubur selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menggunakan bubuk abate (Kristina, Isminah, W Leny, 2005).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien DHF (  Dengue Haemorraghic Fever )
2. Tujuan Khusus :
` Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien dengan DHF.
      ` Dapat merumuskan masalah yang muncul dari pasien dengan DHF.
      ` Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai masalah yang ada.
` Dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana.
      ` Mampu mengevaluasi perkembangan klien.

C.    Rumusan Masalah
1.    Definisi DHF
2.    Etiologi
3.    Patofisiologi
4.    Manifestasi klinis
5.    Komplikasi
6.    Klasifikasi
7.    Pathway
8.    Penatalaksanaan




BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
    Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina). (Seoparman , 1990)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Etiologi
Sekurang-kurangnya ada empat tipe antigenik virus dengue yang berbeda. Lagipula, tiga virus yang dibawa arthopoda (arbo) lain menyebabkan penykit demam serupa atau identik ruam. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70°C. Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia denganserotif ke 3 sebagai serotif yang paling banyak.

3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluhdarah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.

4. Manifestasi Klinis
a. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
d. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
f. Sakit kepala.
g. Pembengkakan sekitar mata.
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
i. Tanda- tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a. Perdarahan luas.
b. Shock atau renjatan.
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III : Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV : Manifestasi klinik padapenderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur nadi tak teraba.

7. Pathway

8. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak .
c. Pemberian cairan melalui infus. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/ liter dan Ca = 3 mEq/liter.
d. Pemberian obat-obatan: antibiotic, antipiretik,
e. Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
g. Monitor adanya tanda- tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Banyak cara untuk menurunkan insiden terjadinya DHF. Karena vektor dari DHF adalah nyamuk Aedes a, maka ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan untuk memutuskan rantai penyakit:
1. Tanpa insektisida:
a. menguras bak mandi, tempayan, drum,dll minimal seminggu sekali.
b. menutup penampungan air rapat-rapat.
c. membersihkan pekarangan dari kaleng bekas,botol bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
2.  Dinsektisida:
a. malathion untuk membunuh nyamuk dewasa: biasanya dengan fogging/pengasapan.
b. abate untuk membunuh jentik nyamuk dengan cara ditabur pada bejana- bejana tempat penampungan air bersih dengan dosis 1 gram Abate SG 1% per 10 liter air.

B. Saran
     Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.



DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
http://askep.blogspot.com/2008/01/ asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_6163.html
http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/02/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html
http://nsnining.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-anak-dengan-dengue.html
http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2008/01/16/epidemilogi-dbd-dan-pelayanannya.html


ASKEP DHF (Dengue Haemorraghic Fever) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Unknown

0 komentar:

Post a Comment